Satelit9.com,Jakarta -Perempuan cenderung memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara dibanding pria. Itu, karena perubahan hormon estrogen dan progesterone yang dimilikinya.Resiko tinggi juga dimiliki oleh seseorang yang memiliki garis keturunan riwayat kanker atau pernah terkena kanker payudara sebelumnya, melakukan terapi hormon pasca menopause dalam jangka waktu lama, terpapar radiasi saat terapi untuk daerah dada saat usia muda, hamil di usia tua, dan tidak menyusui anak.
Selain itu, penggunaan pil KB dalam jangka waktu lama, gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik juga memicu resiko terkena kanker payudara.
Dr. Adji Saptogino, Sp.Rad, mengatakan The American Cancer Society (ACS) menganjurkan perempuan yang berusia diatas umur 20 tahun untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulannya.
Pemeriksaan dengan USG, mammografi, dan pemeriksaan lain yang sifatnya diagnostik - termasuk dengan 3D Sonomammogram; juga dianjurkan untuk dilakukan setidaknya sekali dalam satu tahun. Sementara, wanita dibawah 30 tahun dianjurkan memeriksa mamografi atau USG setiap tahun.
Wanita yang berusia diatas 40 tahun dan memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga terdekat, memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara, sehingga disarankan untuk memeriksakan diri secara rutin enam bulan sekali.
"Sedangkan, mereka yang berusia diatas 40 tahun dan pernah menderita kanker payudara, maka harus memeriksakan diri secara rutin sesuai dengan petunjuk dokter,” ujar Adji.
Nah, berikut beberapa metode pemeriksaan untuk mengenali kanker yang sudah banyak dikenal, diantaranya:
1. SADARI
Pemeriksaan sendiri secara teratur, biasanya beberapa hari setelah menstruasi saat payudara terasa kencang. Itu, untuk mengetahui adanya perubahan pada payudara. Saat memasuki usia 20 tahun, perempuan disarankan untuk melakukan SADARI dan segera memeriksakan diri ke dokter jika menemui perubahan/perbedaan pada payudara mereka.
2. Uji Payudara Klinis (UPK)
Pemeriksaan intensif oleh dokter profesional untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas pada ukuran, bentuk, perubahan kulit atau puting payudara. Perempuan berusia 20-30 tahunan disarankan untuk melakukan UPK setidaknya sekali dalam tiga tahun.
3. Mamografi
Proses scanning dengan menggunakan sinar X-ray skala rendah untuk melihat bagian dalam payudara, sehingga menghasilkan gambar hitam putih pada film yang akan dibaca dan ditafsirkan oleh ahli radiologi. Perempuan berusia diatas 40 tahun disarankan untuk melakukan mamografi setiap tahun.
4. Breast Ultrasound
Ultrasound menggunakan gelombang suara untuk memindai payudara yang kemudian diproyeksikan ke layar komputer dalam gambar hitam putih. Sebelum pemindaian, gel dioleskan di kulit payudara dan alat pemindai yang disebut transducer digosokkan ke area payudara yang telah dioleskan gel. Ultrasound biasanya digunakan sebagai pendamping mamografi, terutama untuk memindai payudara yang memiliki jaringan padat.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI tidak menggunakan sinar x-ray melainkan menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan pencitraan yang lebih detil. Pada pemeriksaan MRI, pasien akan diberi suntikan gadolinium di daerah lengan untuk mendapatkan detil jaringan payudara lebih jelas. Perempuan yang memiliki resiko tinggi dan diduga terkena kanker payudara sebaiknya melakukan MRI, terutama apabila pada mammografi dan USG tidak didapatkan kejelasan.
6. 3D Somomammogram
Selain beberapa metode diatas, terdapat metode pendeteksian dini kanker payudara yang terbaru, yaitu 3D Sonomammogram - alat pencitraan dengan teknologi ultrasound 3D terbaru untuk memperoleh, menganalisis dan melaporkan volume anatomi payudara secara rinci.
Sementara, Dr. Rahmi Alfiah Nur Alam, SpRad, mengungkapkan, alat tersebut mampu memberikan hasil berupa gambar payudara lengkap secara tiga dimensi dan komprehensif dengan uji yang dilakukan dalam waktu relatif singkat (15 menit).
Pencitraan yang dihasilkan mencakup seluruh anatomi koronal payudara, yang sebelumnya tidak dapat diberikan oleh metode ultrasonografi konvensional, sehingga bisa memberikan gambaran yang lebih lengkap atas anatomi dan arsitektur jaringan payudara.
"Hasilnya, juga akan terekam dalam bentuk Breast Imaging Reporting and Data System (BI-RADS) semi otomatis dan komprehensif yang bisa digunakan untuk keperluan klinis," urai Rahmi. "Sebagai informasi, BI-RADS merupakan klasifikasi yang ditetapkan American College of Radiology (ACR) untuk reporting skrining mamografi," lanjut Rahmi. (ida/deva)