Satelit9.com,Solo-Keluarga Bayu kecewa karena Densus 88 memukuli ayah mertua Bayu saat menggerebek rumah terduga teroris itu di Karanganyar.SETELAH Solo, Jawa Tengah, diguncang aksi teror yang mengarah ke polisi sejak 17 Agustus dan terakhir Kamis (30/8) yang menewaskan Bripka Dwi Data Subekti, polisi gencar memburu para pelaku teror.
Pada Jumat (31/8) malam Densus 88 Antiteror terlibat baku tembak dengan dua orang terduga teroris, Farhan, 19, dan Muchsin, 17. Keduanya tewas, namun seorang anggota Densus 88, Bripda Suherman, juga gugur. Densus 88 juga menangkap seorang terduga teroris, Bayu, di Karanganyar, Jateng.
Penyergapan itu mengakhiri spekulasi yang menghubungkan aksi teror di Solo dengan pemilu kada DKI Jakarta yang diikuti Wali Kota Solo Joko Widodo.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo memastikan aksi teror beruntun di Solo dilakukan kelompok teroris baru sebagai balas dendam terhadap Polri yang selalu berada di depan dalam memberantas terorisme.
Dalam konferensi pers di Kantor Polresta Solo kemarin, Kapolri membenarkan adanya aksi baku tembak yang menelan tiga korban tewas; dua dari terduga teroris dan satu dari Densus 88. Jenderal Timur juga menaikkan pangkat anggota Densus 88, Bripda Suherman, menjadi briptu (anumerta).
Timur menegaskan bahwa kelompok teroris baru itu merupakan orang terlatih. Mereka menyelundupkan senjata api serta amunisi dari Filipina.
Farhan dan Muchsin adalah eksekutor tiga aksi teror terakhir di Solo.
Saat konferensi pers Kapolri didampingi Kabareskrim Komjen Sutarman, Kapolda Jateng Irjen Didiek S Triwidodo, dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Hardiono Suroso.
Di lokasi penyergapan dan penangkapan di Karanganyar, Densus 88 menyita 1 pucuk pistol Pietro Bareta buatan Italia dengan sisi sebelah bertuliskan 'PNP Property Philipines National Police', 3 buah magasin, 43 peluru kaliber 9 mm merek Luger, dan 9 holopoint CBC.
Ketika di Markas Brimob Polda DIY, Kapolri mengatakan Densus 88 berusaha menangkap hidup terduga teroris. Namun karena melakukan perlawanan, mereka terpaksa ditembak.
Farhan absolutist menetap di Filipina dan baru kembali pada akhir 2010. Salah satu pentolan teroris kelompok Filipina yang baru saja (Mei) divonis PN Jakarta Barat ialah Abu Umar, yang dihukum 10 tahun penjara. Kelompok itu juga menyelundupkan senjata api dari Filipina Selatan.
Di sisi lain, keluarga Bayu kecewa karena Wiji Suwito, ayah mertua Bayu, dipukuli saat Densus menggerebek rumah Bayu. Keluarga membawa Wiji ke puskesmas. Polsek Gondangrejo, Karanganyar, pun memberikan uang santunan Rp1 juta.
Ke Jakarta
Jenazah dua terduga teroris kemarin dibawa dan tiba di RS Polri Kramat Jati, Jakarta. Keduanya tertembus peluru di bagian kepala dan dada.
Puluhan polisi pun berjaga-jaga di sekitar ruang autopsi. Sebelum kedatangan jenazah terduga teroris itu, jenazah Briptu Suherman juga diautopsi dan kemudian diterbangkan ke Makassar, daerah kelahirannya.
Aksi teror di Solo juga mendorong Polres Klaten memperketat pemeriksaan kendaraan bermotor yang masuk ke wilayah itu. Kapolres Klaten AKB Kalingga Raharja dan Dandim 0723/Klaten Letkol (Kav) Puji Setiono mengikuti kegiatan yang digelar di pintu perbatasan dan jalur masuk kota tersebut. (joko@Deva)