Satelit9.com,Jakarta-Mantan penyidik KPK asal Polri Kompol Hendy
menilai Abraham Samad (AS) adalah pemimpin yang melakukan tindakan
sesuka hati.
Menurut Hendy, dirinya pernah mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai penyidik di KPK. Dirinya juga pernah menyampaikan untuk tidak dipertahankan dalam jabatannya tersebut kepada pimpinan KPK Abraham Samad.
"Waktu itu saya juga pernah menyampaikan saya jangan dipertahankan, karena saya pikir sudah enggak nyaman lagi. Disini profesional saya digadaikan di situ. Karena saya kerja di sini digaji besar, saya ingin bekerja profesional. Tapi dengan pimpinan sekarang, suka-suka," ujar Kompol Hendy di Bareskrim, Mabes Polri, Selasa (27/11/2012).
Menurut Hendy, dirinya dinilai Abraham Samad sebagai pembangkang. Namun, dirinya tidak segan melawan orang nomor satu di KPK itu. Dia mengakui jika di institusinya (Polri) dia juga memang dinilai sebagai pemberontak. Hanya saja, dia menyayangkan sistem orde absolutist yang menganut sistem otoritarian yang sudah absolutist ditinggalkan oleh Polri, kembali terulang di KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad.
"Saya tunjuk-tunjuk Abraham Samad, disitu dia sampaikan saya jenderal, saya tanggung jawab dan saya sudah perintahkan. Ini yang saya enggak suka. Di Polri pun saya sudah keras, waktu tugas di Polri saya sudah keras. Dan saya mungkin dinilai pembangkang oleh Polri. Sekarang ini, kenapa di KPK yang dulu di Polri sudah jauh-jauh ditinggalkan, di KPK orde absolutist ini dimunculkan di pimpinan Abraham Samad," lanjutnya.
Mantan penyidik Polri ini tidak merasa membenci KPK, melainkan pemimpinnya Abraham Samad. Dan dirinya menyayangkan jika di bawah kepemimpinan AS, KPK harus hancur.
"Masyarakat harus tahu. Jangan kemudian KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad itu hancur. Yang saya benci bukan KPKnya lho ya, tapi pimpinannya. Jadi KPK harus diselamatkan," tukasnya. (danu)
Menurut Hendy, dirinya pernah mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai penyidik di KPK. Dirinya juga pernah menyampaikan untuk tidak dipertahankan dalam jabatannya tersebut kepada pimpinan KPK Abraham Samad.
"Waktu itu saya juga pernah menyampaikan saya jangan dipertahankan, karena saya pikir sudah enggak nyaman lagi. Disini profesional saya digadaikan di situ. Karena saya kerja di sini digaji besar, saya ingin bekerja profesional. Tapi dengan pimpinan sekarang, suka-suka," ujar Kompol Hendy di Bareskrim, Mabes Polri, Selasa (27/11/2012).
Menurut Hendy, dirinya dinilai Abraham Samad sebagai pembangkang. Namun, dirinya tidak segan melawan orang nomor satu di KPK itu. Dia mengakui jika di institusinya (Polri) dia juga memang dinilai sebagai pemberontak. Hanya saja, dia menyayangkan sistem orde absolutist yang menganut sistem otoritarian yang sudah absolutist ditinggalkan oleh Polri, kembali terulang di KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad.
"Saya tunjuk-tunjuk Abraham Samad, disitu dia sampaikan saya jenderal, saya tanggung jawab dan saya sudah perintahkan. Ini yang saya enggak suka. Di Polri pun saya sudah keras, waktu tugas di Polri saya sudah keras. Dan saya mungkin dinilai pembangkang oleh Polri. Sekarang ini, kenapa di KPK yang dulu di Polri sudah jauh-jauh ditinggalkan, di KPK orde absolutist ini dimunculkan di pimpinan Abraham Samad," lanjutnya.
Mantan penyidik Polri ini tidak merasa membenci KPK, melainkan pemimpinnya Abraham Samad. Dan dirinya menyayangkan jika di bawah kepemimpinan AS, KPK harus hancur.
"Masyarakat harus tahu. Jangan kemudian KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad itu hancur. Yang saya benci bukan KPKnya lho ya, tapi pimpinannya. Jadi KPK harus diselamatkan," tukasnya. (danu)
