Ritual yang berlangsung pada Minggu (25/11), dilakukan dengan menggunakan sapu lidi. Sapu lidi tersebut digunakan untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di sekitar sungai.
Mereka kemudian juga sesekali memukulkan sapu lidi tersebut ke permukaan air. Cara tersebut menyimpan harapan agar setelah sungai bersih dari sampah, ikan banyak yang datang dan ikan di Sungai Code bisa berlimpah.
Menanggapi hal tersebut, peneliti sungai dari UGM Agus Martoyo mengungkapkan, langkah ini untuk memberi contoh kepada masyarakat untuk menjaga sungai. Ritual tersebut menjadi acara puncak Program Kali Bersih (Prokasih) yang digelar oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta dan dipusatkan di Kali Code yang didukung oleh berbagai elemen masyarakat di bantaran sungai.
Sayangnya, hanya beberapa saat setelah sungai dibersihkan dan anak-anak masih bermain di sungai, salah seorang ibu membuang sampah ke sungai usai menyapu pekarangannya. Melihat itu, Agus pun memberikan isyarat tangan agar ibu itu tidak membuang sampah lagi.
Agus mengakui, untuk menyadarkan masyarakat tidak mudah. "Saya yakin, ibu tersebut akan ingat dan tidak lagi membuang sampah ke sungai," harapnya.
Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas BLH Kota Yogyakarta Ika Rostika mengatakan, air di sekitar bantaran sungai semakin tercemar. Air sumur di bantaran sungai di wilayah perkotaan biasanya tidak layak konsumsi karena resapan air sungai sudah tercemar sampah. Namun, untuk air di kawasan bantaran sungai, dari sampel di Kali Code, Winongo dan Gajahwong ternyata hasilnya positif. "Dari 26 sampel, di wilayah Bintaran Wirogunan, semuanya kondisi baik dan sangat layak konsumsi," terangnya. (danu)