Satelit9.com,Jakarta-Kriminolog Universitas Indonesia Bambang Widodo
Umar mengimbau agar Kepolisian menelusuri sebaran aliran senapan serbu AK-47 di pihak TNI atau Polri dalam mengungkap kasus penyerangan terhadap LP Cebongan, Yogyakarta. Pengungkapan atas kepemilikan senjata ini dikatakannya akan menguak misteri penyerbu LP.
"Sejumlah kesaksian sudah menyebut pelaku (penembakan) menggunakan senjata AK-47. Ini yang harus diselidiki kemana larinya," kata dia, di Jakarta, Rabu (27/3).
Ia menjelaskan, senapan jenis ini memang sudah tak digunakan lagi secara resmi oleh TNI maupun Polri. Terakhir kali, ia mengetahui adanya pembelian AK-47 secara acknowledged oleh Polri adalah saat Kepala Polri dijabat oleh Bimantoro. Ketika itu, produsen aslinya sudah tak lagi memproduksi senjata jenis ini.
"AK-47 pernah dipakai Brimob. Tapi saya bilang itu salah, karena itu bukan standar Polisi, tapi militer," ucapnya.
Yang menjadi masalah, Bambang melanjutkan, tak ada transparansi abstracts kemana senapan sisa-sisa militer dan polisi yang sudah digudangkan (di-disposal) itu pergi. Dalam proses wajar, tambahnya, senjata ap yang telah digudangkan itu dijual lagi ke negara-negara berkemampuan ekonomi minim di Benua Afrika. Sayangnya, kebanyakan tak jelas peruntukannnya. Jika itu bisa dilacak, tentunya akan memudahkan pencarian pelaku itu.
"Kalau masih ada di Indonesia, itu diteliti, gudangnya, atau kemana perginya (senpi) itu," ujar Pakar Kepolisian ini.
Terpisah, Kadiv Humas Polri Irjen Suhardi Alius mengaku pihaknya belum bisa memastikan jenis senjata yang digunakan oleh penyerang dala membunuh empat tahanan itu. Menurutnya, uji balistik tengah dilakukan oleh tim Pusat Laboratorium Forensik Polri, dan belum menghasilkan simpulan tertentu. "Nanti kita koordinasikan dulu dengan Puslabfor," katanya.
Dari hasil identifikasi awal Puslabfor Polri, ditemukan 31 selongsong peluru di lokasi kejadian, termasuk 19 proyektil. Ukuran proyektilnya 7,62 mm. Proyektil jenis ini salah satunya digunakan dalam senapan AK-47. Saksi menyebut, eksekutor di Lapas menggunakan senapan jenis ini untuk membantai empat tahanan kasus penganiayaan yang berujung kematian terhadap Sertu Santoso, di Hugo's Cafe, beberapa waktu lalu.