Satelit9.com,New York-Dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-67 PBB yang diawali dengan sambutan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan pidato sejumlah pemimpin dunia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tiba di lokasi pukul 11.30 waktu setempat atau 22.30 WIB berpidato di urutan ke-9.
Selain mengkritik kemandulan PBB mengatasi konflik di Suriah, SBY juga berkali-kali menyebut istilah "warm peace". Dua kata itu diucapkan oleh SBY dalam pidatonya hingga tujuh kali.
"Warm peace" yang disampaikannya itu dikontraskan dengan situasi dunia yang penuh konflik dan kekerasan. Ia berkeyakinan bahwa tantangan keamanan abad ke-21 tidak ringan. Selain ancaman nuklir, bangsa-bangsa kini terus bersaing untuk meningkatkan perekonomiannya. Tidak jarang, hal ini menimbulkan ketegangan dan konflik. Oleh sebab itu, imbaunya, semua negara harus beradaptasi dengan tantangan keamanan abad ke-21.
Ia mengakui, dunia saat ini telah beralih dari era Perang Dingin ke era "warm peace". Istilah ini setidaknya harus tidak mengacu pada dunia yang tetap terjebak dengan arsitektur keamanan usang internasional yang masih mencerminkan kondisi abad ke-20, sebaliknya dengan arsitektur ekonomi all-around seharusnya sudah menyesuaikan diri dengan abad ke-21.
Selain itu, hubungan antara negara-negara besar harus benar-benar ditandai oleh stabilitas dan kerjasama yang meningkat.
"Dalam "warm peace" kantong kebencian dan kefanatikan, intoleransi dan ekstremisme adalah sampah bagi dunia kita," tegasnya.
"Saya percaya bahwa kita bisa menurunkan suhu ini ke kedamaian yang hangat. Untuk melakukan hal ini, kita perlu untuk mencoba pendekatan baru dan lebih imajinatif," harapnya. (adi)
Ia mengakui, dunia saat ini telah beralih dari era Perang Dingin ke era "warm peace". Istilah ini setidaknya harus tidak mengacu pada dunia yang tetap terjebak dengan arsitektur keamanan usang internasional yang masih mencerminkan kondisi abad ke-20, sebaliknya dengan arsitektur ekonomi all-around seharusnya sudah menyesuaikan diri dengan abad ke-21.
Selain itu, hubungan antara negara-negara besar harus benar-benar ditandai oleh stabilitas dan kerjasama yang meningkat.
"Dalam "warm peace" kantong kebencian dan kefanatikan, intoleransi dan ekstremisme adalah sampah bagi dunia kita," tegasnya.
"Saya percaya bahwa kita bisa menurunkan suhu ini ke kedamaian yang hangat. Untuk melakukan hal ini, kita perlu untuk mencoba pendekatan baru dan lebih imajinatif," harapnya. (adi)