Satelit9.com,Jakarta- Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan, mengharapkan para pemimpin di tingkat nasional beserta sejumlah elemen kebangsaan dapat menandai tonggak peringatan kebangkitan nasional yang jatuh pada 20 Mei ini, sebagai momentum untuk mengupayakan kebangkitan bangsa baik secara ekonomi, moral, ataupun melalui penguatan prinsip-prinsip nasionalisme keindonesiaan di bidang lainnya."Utamanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sangat diharapkan kepemimpinannya lebih terpanggil untuk memperkuat agenda kebangkitan bangsa dengan mengedepankan semangat nasionalisme yang dapat melahirkan kebanggaan rakyat, mengingat kenyataan hidup rakyat kini semakin gonjang-ganjing tanpa pegangan dan perlindungan pasti dari negara, termasuk tidak mendapat kepedulian nyata dari para pemimpin yang ada," jelas Syahganda, di jakarta, Senin (21/5)Kepada satelit9.com Beberapa saat yang lalu.
Menurutnya, sisa jabatan Presiden SBY yang tidak lagi terbilang lama itu, harus dibaktikan sepenuhnya untuk menanamkan kemartabatan rakyat serta pengokohan aspek berbangsa, jika masa kepresidenannya ingin berakhir dengan kenangan baik pada 2014 mendatang.
Ia mengingatkan, selain aspek nasionalisme bangsa yang semakin rapuh baik di dalam negeri maupun di arena percaturan global, keberadaan nasib rakyat guna hidup makmur juga telah diabaikan akibat lemahnya karakter kepemimpinan bangsa, yang memang telah menjauh dari cermin keteladanan moral dan kiblat nasionalisme.
Para pemimpin, katanya, hanya sibuk berkelahi dan menjaga pesonanya masing-masing, sehingga orientasi tanggungjawabnya bukan dimanfaatkan untuk membela kepentingan rakyat, namun sekedar mengutamakan hasrat politik dalam memenangkan kelompoknya, atau dengan kata lain cenderung melanggengkan corak politik oligarkis yang kerap menyingkirkan kelompok lainnya dan sekaligus mengorbankan keberadaan bangsa itu sendiri.
Anggota Dewan Pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Pusat, itu pun menilai tatanan kerakyatan dewasa ini berjalan masing-masing dan menjurus pada ketidaktertiban sosial yang bisa membahayakan kesatupaduan bangsa. Karena itu, kepemimpinan nasional harus mengembalikan tegaknya moral, hukum, dan cita-cita menjadi bangsa terhormat demi mewujudkan kewibawaan negara.
Syahganda bahkan mengritik, kekuatan sendi bernegara justru mengalami banyak kehancuran terutama di bidang pembangunan ekonomi yang hanya mengejar terciptanya wajah kapitalisme dunia dengan prinsip neo-liberalistik yang menguntungkan pihak asing, sementara harapan rakyat untuk disejahterakan tidak pernah dapat diupayakan. (col/kevin)