Berbekal hal itu, KPK tengah mengembangkan kasus tersebut. Tak menutup kemungkinan, lembaga Ad Hoc ini menyeret oknum yang diduga terlibat atau pemberi suap, di luar pihak yang telah ditetapkan tersangka sebelumnya.
"Ya kami sedang kembangkan itu dalam penyelidikan," ujar Juru Bicara KPK, Johan Budi di Kantornya, Jakarta, Senin (25/6).
Meski demikian, kata Johan, KPK tidak akan gegabah dalam mendalami dugaan keterlibatan tersebut. Perlahan tapi pasti, lembaga Ad Hoc ini akan menjerat keterlibatan dan tengah mengumpulkan bukti-bukti.
"Kami tengah mengembangkan itu semua, baik kepada yang diduga terlibat pemberi, juga yang menerima," kata Johan.
Seperti halnya hari ini, KPK memeriksa tiga pegawai Adhi Karya. Meski ketiganya diperiksa sebagai saksi, keterangan mereka dianggap penting oleh penyidik KPK. Sebelumnnya, lembaga superbody ini juga pernah memeriksa sejumlah petinggi Adhi Karya, Wijaya Karya, dan PP. Pada kasus ini, KPK pernah pula menggeledah kantor PT Adhi Karya Divisi Medan dan Riau.
Sementara itu, Pengacara tersangka Eka Dharma Putra, Eva Nora menyebutkan uang suap PON Riau sebesar Rp 900 juta yang disita KPK di Pekanbaru berasal dari 3 perusahaan blueprint merah tersebut.
Hal senda juga pernah diungkapkan pengacara tersangka M Faisal Aswan, Sam Daeng Rani beberapa waktu lalu. Sam mengungkapkan bahwa uang suap PON dari PT PP, dan penggalangan dana itu dibantu juga oleh PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya.(@deva)