Satelit9.com,Jatim-Sebanyak 3.000 warga Desa Sumber Brantas, bersama
pejabat Pemkot Batu dan intansi yang besok dijadwalkan akan melakukan
aksi
bersih-bersih di sumber mata air sungai Brantas.
Kades Sumber Brantas, Suliono menyatakan, aksi bersih-bersih tersebut, dipusatkan di kawasan Arboretum. Aksi tersebut, diketahui merupakan bagian dari peringatan hari air sedunia.
"Kegiatannya mulai kerja bakti di sumber Sungai Brantas sampai alirannya. Dilanjutkan dengan selamatan tumpengan dan wayang kulit semalam suntuk," beber Suliono, Rabu malam (27/3/2013).
bersih-bersih di sumber mata air sungai Brantas.
Kades Sumber Brantas, Suliono menyatakan, aksi bersih-bersih tersebut, dipusatkan di kawasan Arboretum. Aksi tersebut, diketahui merupakan bagian dari peringatan hari air sedunia.
"Kegiatannya mulai kerja bakti di sumber Sungai Brantas sampai alirannya. Dilanjutkan dengan selamatan tumpengan dan wayang kulit semalam suntuk," beber Suliono, Rabu malam (27/3/2013).
Diceritakan, selama ini
masyarakat Desa Sumber Brantas membentuk sebuah organisasi bernama "Hang
Lestari". Hang Lestari ini beranggotakan tokoh pemuda, sesepuh desa dan
elemen masyarakat lainnya. Tugas utama dari anggota Hang Lestari,
menjaga kelestarian sumber mata air sungai Brantas dan lingkungannya.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu, Muchlis menyatakan, awalnya di Kota Batu ada 111 titik sumber mata air. Karena kerusakan lingkungan, kini sumber mata air mulai menyusut 50 persen. Kawasan lereng Gunung Arjuno, sebagai kawasan tangkapan air hujan.
Persoalannya, hutan di lereng Gunung Arjuno mulai beralih fungsi menjadi lahan pertanian, dan lahan pertanian yang dimiliki masyarakat tidak ditanami pohon tegakan.
"Akibatnya debit air di bawah lereng Gunung Arjuno menyusut bahkan mati. Pemkot Batu mau mengubah pola tanam petani agar berwawasan lingkungan butuh dana besar. Solusinya semua pihak harus peduli untuk menyelamatkan lingkungan agar sumber mata air di Kota Batu lestari," ujar Muchlis.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu, Muchlis menyatakan, awalnya di Kota Batu ada 111 titik sumber mata air. Karena kerusakan lingkungan, kini sumber mata air mulai menyusut 50 persen. Kawasan lereng Gunung Arjuno, sebagai kawasan tangkapan air hujan.
Persoalannya, hutan di lereng Gunung Arjuno mulai beralih fungsi menjadi lahan pertanian, dan lahan pertanian yang dimiliki masyarakat tidak ditanami pohon tegakan.
"Akibatnya debit air di bawah lereng Gunung Arjuno menyusut bahkan mati. Pemkot Batu mau mengubah pola tanam petani agar berwawasan lingkungan butuh dana besar. Solusinya semua pihak harus peduli untuk menyelamatkan lingkungan agar sumber mata air di Kota Batu lestari," ujar Muchlis.