Satelit9.com-Teror Poso kembali menjadi mimpi buruk bagi Sulawesi Tengah dalam mengejar ketertinggalan pembangunan ekonominya. Betapa tidak. Ketika denyut investasi mulai membaik di daerah batten sentral di pulau Sulawesi itu, kini Poso dirundung teror penembakan, pemboman, dan pembunuhan.
Seperti ˜hantu , teror Poso yang telah menelan nyawa menjadi sorotan media nasional dan internasional. Karena itu tidak heran jika banyak calon broker yang berencana masuk ke Sulteng kembali mengulurkan niatnya, pasca ledakan bom dan kasus-kasus penembakan dan pembunuhan yang menggangu stabilitas keamanan. Sebuah ledakan bom kembali mengguncang Kota Poso, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2012). Ledakan terjadi sekitar pukul 06.25 Wita dengan sasaran sebuah pos polisi lalu lintas di wilayah bundaran Smaker, Jalan Tanjung Bulu, Poso Kota.
Dalam insiden tersebut, selain merusak bagian atap pos polisi serta kaca jendela yang pecah berantakan, juga memakan dua korban luka. Mereka adalah Bripda Rusliadi dan Satpam BRI, Muhammad Akbar. Luka mereka dapatkan akibat terkena serpihan dari ledakan bom itu,Senin, 22/10/2012).
Peristiwa teror yang menyasar polisi di Kota Poso ialah yang kedua kalinya sepanjang Oktober ini. Sebelumnya, dua anggota kepolisian di Poso, Sulawesi Tengah, yakni Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman, ditemukan telah tak bernyawa di kawasan perkebunan Dusun Tamanjeka, Taman Hutan Gunung Potong, Poso. Sudirman ditemukan tewas dengan luka di bagian leher, dan Andi di bagian leher kiri dan kanan.
Namun, jika kita hitung secara nasional, maka kekerasan atau teror dengan ambition sasaran anggota polisi atau pos polisi bukan terjadi dua kali ini saja. Maraknya peristiwa teror yang menyasar personil polisi menandakan bahwa ancaman terorisme terhadap anggota kepolisian adalah nyata, hadir dan sangat berbahaya (clear and present danger). Teror itu juga memberi pertanda bahwa masih ada kelompok-kelompok teroris yang berkeliaran di NkRI untuk menebar teror. Sekaligus membuktikan bahwa ideologi horor yang menganggap NKRI sebagai negara thagut memang ada dan dikembangkan terus wacananya.Kita semua harus mengupayakan terciptanya kehidupan yang aman dan tenteram. Ketenangan merupakan kondisi yang sama-sama kita harapkan. Untuk itulah kita harus menjauhkan diri dari kekerasan.
Selama ini begitu mudahnya terjadi kekerasan di antara kita. Itu bukan hanya dilakukan aparat kepada warga, tetapi juga warga terhadap aparat. Akibatnya, kita melihat sebuah siklus yang tidak pernah berhenti.
Kekerasan merupakan hal yang tidak sejalan dengan demokrasi. Ketika kita memutuskan untuk membangun demokrasi, maka kita harus meninggalkan tindak kekerasan. Kalau terjadi perselisihan yang tidak bisa diselesaikan, maka hukumlah yang menjadi pegangannya.
Memang demokrasi tidak ada yang sekali jadi. Kita harus memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap prinsip demokrasi. Bahkan kita tidak boleh bosan untuk mengajarkan sistem demokrasi itu.
Kita membutuhkan banyak orang yang punya kemauan untuk membagi prinsip-prinsip demokrasi yang benar kepada masyarakat. Dengan bentangan Indonesia yang begitu luas, jumlah masyarakat yang begitu besar, dan tingkat pendidikan yang beragam, maka upaya yang kita butuhkan harus lebih kuat lagi.
Rendahnya tingkat pemahaman demokrasi di tengah masyarakat, membuat mereka tidak bisa mengelola perbedaan. Setiap kali dihadapkan kepada perbedaan, ototlah yang keluar dan bahkan kemudian membangun kelompok yang sealiran.
Semakin ke Timur, kita melihat pemahaman demokrasi itu semakin rendah. Kita tidak boleh terus membiarkan adanya nyawa yang hilang dengan sia-sia.
Selama ini begitu mudahnya terjadi kekerasan di antara kita. Itu bukan hanya dilakukan aparat kepada warga, tetapi juga warga terhadap aparat. Akibatnya, kita melihat sebuah siklus yang tidak pernah berhenti.
Kekerasan merupakan hal yang tidak sejalan dengan demokrasi. Ketika kita memutuskan untuk membangun demokrasi, maka kita harus meninggalkan tindak kekerasan. Kalau terjadi perselisihan yang tidak bisa diselesaikan, maka hukumlah yang menjadi pegangannya.
Memang demokrasi tidak ada yang sekali jadi. Kita harus memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap prinsip demokrasi. Bahkan kita tidak boleh bosan untuk mengajarkan sistem demokrasi itu.
Kita membutuhkan banyak orang yang punya kemauan untuk membagi prinsip-prinsip demokrasi yang benar kepada masyarakat. Dengan bentangan Indonesia yang begitu luas, jumlah masyarakat yang begitu besar, dan tingkat pendidikan yang beragam, maka upaya yang kita butuhkan harus lebih kuat lagi.
Rendahnya tingkat pemahaman demokrasi di tengah masyarakat, membuat mereka tidak bisa mengelola perbedaan. Setiap kali dihadapkan kepada perbedaan, ototlah yang keluar dan bahkan kemudian membangun kelompok yang sealiran.
Semakin ke Timur, kita melihat pemahaman demokrasi itu semakin rendah. Kita tidak boleh terus membiarkan adanya nyawa yang hilang dengan sia-sia.